PESAN NATAL BERSAMA
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2010
TEMA NATAL:
“Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia”
(bdk. Yoh. 1:9)
Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
- Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan
kedatangan Dia, yang mengatakan: “Akulah terang dunia; barangsiapa
mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan
mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Dalam merenungkan peristiwa
ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: “Terang yang
sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam
dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya
itu tidak menerima-Nya” (Lih. Yoh.1:9-11). Suasana yang sama juga
meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk
merenungkan harapan itu dengan tema:“Terang yang sesungguhnya sedang
datang ke dalam dunia”.
- Saudara-saudari terkasih,
Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara
konsti-tusional menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini
gejala-gejala kekerasan atas nama agama semakin tampak dan mengancam
kerukunan hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan
pihak-pihak yang mengalami perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat
kita. Kita semakin merasa risau akan perkembangan “peradaban” yang
mengarus-utamakan jumlah penganut agama; “peradaban” yang memenangkan
mereka yang bersuara keras berhadapan dengan mereka yang tidak memiliki
kesempatan bersuara; “peradaban” yang memenangkan mereka yang hidup
mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu
pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan
balas-dendam: suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian daripada
budaya cinta yang menghidupkan.
Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para
penanggungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuang-kan
kepentingan rakyat kebanyakan. Para penanggungjawab publik
memperlihatkan kinerja dan moralitas yang cenderung merugikan
kesejahteraan bersama. Sorotan media massa terhadap kinerja
penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap kepentingan masyarakat,
khususnya yang terungkap dengan praktik korupsi dan mafia hukum
hampir di segala segi kehidupan berbangsa, sungguh-sungguh memilukan
dan sangat memprihatinkan, karena itu adalah kejahatan sosial.
Sementara itu, keadaan masyarakat yang semakin jauh dari sejahtera,
termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin memperparah kemiskinan di
daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh
musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni
alami maupun karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama
dalam penanganan dan penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam
peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu.
Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus yang menjelma menjadi
manusia, sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak
Terang itu, namun Terang yang sesung-guhnya ini membawa pengharapan
sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu menumbuhkan
pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di
tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas
suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa
Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kegelapan, sebagaimana
dikatakan oleh Penginjil Lukas: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia
telah mengurapi Aku, untuk menyampai-kan kabar baik kepada orang-orang
miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun
rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:18-19).
Natal adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam
Kristus sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya (Lih.
Ef. 1:10). Semua yang dilihat-Nya baik adanya itu (Lih. Kej. 1:10),
yang telah dirusakkan dan diceraiberaikan oleh kejahatan manusia,
menemukan dirinya di dalam Terang itu. Oleh karena itu, dengan
menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita menerima kembali, ─
dan demikian juga menyatukan diri kita dengan ─ karya penyelamatan
Allah yang baik bagi semua orang.
Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan,
bahwa Terang sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di dalam
kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka
wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan.
Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di
mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini.
- Saudara-saudari terkasih,
Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus
memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang.
Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa
pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara
yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama.
- Bersama Rasul Paulus, kami mengajak seluruh umat kristiani di
tanah air tercinta ini: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan,
tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (Rm. 12:21), karena
dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang
dikalahkannya.
- Selanjutnya kita wajib ikut-serta mewujudkan masyarakat yang
sejahtera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi
konkret seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat
demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan memelihara serta
melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan menanam pohon
dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang sampah
secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya,
mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.
- Dalam situasi bencana seperti sekarang ini kita melibatkan diri
secara proaktif dalam pelbagai gerakan solidaritas dan kepedulian
sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai gereja, masyarakat
maupun pemerintah.
- Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita,
terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik ibadat
keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal. Hidup beragama yang
sejati bukan hanya praktik-praktik lahiriah yang ditetapkan oleh
lembaga keagamaan, melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan
mesra dengan Allah secara pribadi.
Akhirnya, marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam
kesederhanaan dan kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama,
yakni para gembala di padang Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan
gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah kita percaya kepada Terang
itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita menjadi anak-anak
Terang (Yoh.12:36). Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan
mulia bagi kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih
sebagai tanda penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita
masing-masing. Dengan pemikiran serta ungkapan hati itu, kami
mengucapkan:
SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011
Jakarta, 12 November 2010
Atas Nama
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar